Mengetahui Makna Filosofi Dari Nasi Tumpeng
21.35
Tumpeng
merupakan sajian nasi kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditempatkan
dalam tampah (nampan besar, bulat, dari anyaman bambu). Tumpeng
merupakan tradisi sajian yang digunakan dalam upacara, baik yang
sifatnya kesedihan maupun gembira.
Tumpeng
dalam ritual Jawa jenisnya ada bermacam-macam, antara lain : tumpeng
sangga langit, Arga Dumilah, Tumpeng Megono dan Tumpeng Robyong. Tumpeng
sarat dengan symbol mengenai ajaran makna hidup. Tumpeng robyong
disering dipakai sebagai sarana upacara Slametan (Tasyakuran). Tumpeng
Robyong merupakan symbol keselamatan, kesuburan dan kesejahteraan.
Tumpeng yang menyerupai Gunung menggambarkan kemakmuran sejati. Air yang
mengalir dari gunung akan menghidupi tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan yang
dibentuk ribyong disebut semi atau semen, yang berarti hidup dan tumbuh
berkembang.
Pada
jaman dahulu, tumpeng selalu disajikan dari nasi putih. Nasi putih dan
lauk-pauk dalam tumpeng juga mempunyai arti simbolik, yaitu:
Nasi
putih: berbentuk gunungan atau kerucut yang melambangkan tangan merapat
menyembah kepada Tuhan. Juga, nasi putih melambangkan segala sesuatu
yang kita makan, menjadi darah dan daging haruslah dipilih dari sumber
yang bersih atau halal. Bentuk gunungan ini juga bisa diartikan sebagai
harapan agar kesejahteraan hidup kita pun semakin “naik” dan “tinggi”.
Ayam:
ayam jago (jantan) yang dimasak utuh ingkung dengan bumbu kuning/kunir
dan diberi areh (kaldu santan yang kental), merupakan symbol menyembah
Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening).
Ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar (nge”reh”
rasa). Menyembelih ayam jago juga mempunyai makna menghindari
sifat-sifat buruk (yang dilambangkan oleh, red) ayam jago, antara lain:
sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa
tahu/menang/benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian
kepada anak istri.
Ikan
Lele: dahulu lauk ikan yang digunakan adalah ikan lele bukan banding
atau gurami atau lainnya. Ikan lele tahan hidup di air yang tidak
mengalir dan di dasar sungai. Hal tersebut merupakan symbol ketabahan,
keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling
bawah sekalipun.
Ikan
Teri / Gereh Pethek: Ikan teri/gereh pethek dapat digoreng dengan
tepung atau tanpa tepung. Ikan Teri dan Ikan Pethek hidup di laut dan
selalu bergerombol yang menyimbolkan kebersamaan dan kerukunan.
Telur:
telur direbus pindang, bukan didadar atau mata sapi, dan disajikan utuh
dengan kulitnya, jadi tidak dipotong – sehingga untuk memakannya harus
dikupas terlebih dahulu. Hal tersebut melambangkan bahwa semua tindakan
kita harus direncanakan (dikupas), dikerjakan sesuai rencana dan
dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan.
Piwulang
jawa mengajarkan “Tata, Titi, Titis dan Tatas”, yang berarti etos kerja
yang baik adalah kerja yang terencana, teliti, tepat perhitungan,dan
diselesaikan dengan tuntas. Telur juga melambangkan manusia diciptakan
Tuhan dengan derajat (fitrah) yang sama, yang membedakan hanyalah
ketakwaan dan tingkah lakunya.
Sayuran
dan urab-uraban: Sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam,
kacang panjang, taoge, kluwih dengan bumbu sambal parutan kelapa atau
urap. Sayuran-sayuran tersebut juga mengandung symbol-simbol antara
lain:
kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung, tercapai.
Bayam (bayem) berarti ayem tentrem,
taoge/cambah yang berarti tumbuh,
kacang panjang berarti pemikiran yang jauh ke depan/innovative,
brambang (bawang merah) yang melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang baik buruknya,
cabe merah diujung tumpeng merupakan symbol dilah/api yang meberikan penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain.
Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya.
Bumbu urap berarti urip/hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga.
Bayam (bayem) berarti ayem tentrem,
taoge/cambah yang berarti tumbuh,
kacang panjang berarti pemikiran yang jauh ke depan/innovative,
brambang (bawang merah) yang melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang baik buruknya,
cabe merah diujung tumpeng merupakan symbol dilah/api yang meberikan penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain.
Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya.
Bumbu urap berarti urip/hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga.
Pada
jaman dahulu, sesepuh yang memimpin doa selamatan biasanya akan
menguraikan terlebih dahulu makna yang terkandung dalam sajian tumpeng.
Dengan demikian para hadirin yang datang tahu akan makna tumpeng dan
memperoleh wedaran yang berupa ajaran hidup serta nasehat. Dalam
selamatan, nasi tumpeng kemudian dipotong dan diserahkan untuk orang tua
atau yang “dituakan” sebagai penghormatan. Setelah itu, nasi tumpeng
disantap bersama-sama. Upacara potong tumpeng ini melambangkan rasa
syukur kepada Tuhan dan sekaligus ungkapan atau ajaran hidup mengenai
kebersamaan dan kerukunan.
Ada
sesanti jawi yang tidak asing bagi kita yaitu: mangan ora mangan waton
kumpul (makan tidak makan yang penting kumpul). Hal ini tidak berarti
meski serba kekurangan yang penting tetap berkumpul dengan sanak
saudara. Pengertian sesanti tersebut yang seharusnya adalah mengutamakan
semangat kebersamaan dalam rumah tangga, perlindungan orang tua
terhadap anak-anaknya, dan kecintaan kepada keluarga. Di mana pun orang
berada, meski harus merantau, harus lah tetap mengingat kepada
keluarganya dan menjaga tali silaturahmi dengan sanak saudaranya.
Sumber: http://kotakhitamdunia.blogspot.com/2011/11/mengetahui-makna-filosofi-dari-nasi.html
Jika sobat merasa artikel Mengetahui Makna Filosofi Dari Nasi Tumpeng ini bermanfaat, silahkan Copas artikel ini, tetapi jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya seperti ini : Source:http://salinsemua.blogspot.com/2011/11/mengetahui-makna-filosofi-dari-nasi.html. Saya lebih berterimakasih lagi jika sobat mau mencantumkan link hidup seperti ini : Source: http://salinsemua.blogspot.com/2011/11/mengetahui-makna-filosofi-dari-nasi.html. Mohon dimengerti agar maraknya copas tanpa link sumber mereda, terima kasih.
Posting Komentar